Salah satu dari sekian sifat yang mengurangi keikhlasan adalah kekikiran dan keegoisan yang ada dalam tiap diri manusia. Allah menerangkan kecenderungan ini dalam firman-Nya, "Sesungguhnya manusia itu dijadikan bertabiat resah gelisah (lagi bakhil kedekut); Apabila ia ditimpa kesusahan, dia sangat resah gelisah; Dan apabila ia beroleh kesenangan, ia sangat bakhil kedekut; "(QS Al-Ma’arij , 70 : 19-21).
Untuk mendapatkan nilai keikhlasan , seseorang harus mampu melawan segala sisi negatif jiwanya , kemudian menggantikannya dengan pengorbanan dan penafian diri. Untuk mendapatkan keberuntungan , seseorang harus mampu menyucikan dirinya sendiri dari kekikiran jiwanya, sebagaimana Allah jelaskan kepada kita dalam ayat,
“...Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya , maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS At-Tagabun , 64 : 16)
Ini merupakan langkah mudah bagi seseorang untuk melatih jiwanya , untuk tidak mempercayai dirinya sebagai pribadi yang berkecukupan. Selalu merasa curiga pada sisi jahat jiwa manusia adalah bahagian penting , namun keburukan dari sifat egois dan kikir seharusnya tidak disalahertikan.
Di dalam masyarakat awan , di mana masyarakatnya tidak memiliki rasa takut dan tidak yakin kepada Allah serta hari Kiamat , ego dan kekikiran adalah sebuah falsafah hidupnya. Orang-orang seperti ini memahaminya sebagai sesuatu kewaspadaan dalam menempatkan keperluan mereka di atas keperluan orang lain dan hanya membela keinginan dan harapan-harapan diri sendiri serta menganggap ini sebagai sebuah perbuatan yang baik.
Kerana itu , mereka tidak pernah mempertimbangkan apa yang akan mereka pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.~ Credit to Ku Azmiza :) Barakallah ~